Harga-harga melonjak masyarakat bingung harus bagaimana ?
Untuk menjalankan kehidupan setiap orang harus hidup dan harus memenuhi kebutuhan utamanya yaitu Makan. setelah mengisi perutnya kita melakukan usaha lagi untuk mencari bahan makanan untuk makan selanjutnya, dan terus begitu.
Tidak ada orang yang melakukan pekerjaan tanpa imbalan/gaji, tidak orang yang menjalankan usahanya tanpa keuntungan atau hanya untuk rugi.
Relawan pun harus makan.
Sedangkan bahan makanan saat sekarang susah di dapat, bukan berarti tidak ada barangnya tetapi untuk mendapatkannya harus menukarnya dengan dua atau tiga kali lipat kapasitas tenaga/pikiran.
Memang sudah rutin setiap bulan Ramadhan dan menjelang Lebaran semua harga naik terlebih harga sembako, masyarakat sudah tahu dan memkluminya, walaupun sebagian masyarakat tidak tahu penyebabnya, menjalaninya dengan bingung.
Untuk satu piring nasi lauknya sebelumnya bisa di dapat dengan Rp.10.000,- sampai Rp.15.000,- tapi sekarang harus mengeluarkan uang Rp.18.000,- sampai 28.000,-
Di beritakan Teraspos.com Harga-harga Melonjak, Pemerintah kemana ? ungkapan ini muncul dari orang yang mengerti prosedur dan sistem perdagangan, tetapi beda dengan ungkapan masyarakat bawah, mereka bilang Harga-harga Melonjak, kita Harus Bagaimana ? atau kita harus makan apa ?
menaikan tarif angkutan sendiri ? menaikan harga dagangan sendiri ? atau bagaimana ?
Masyarakat yang lemah segalanya pasrah dengan keadaan ini yakni makan dan hidup seadanya, akibatnya kekurangan gizi dan sakit.
Masyarakat lemah yang mau berusaha akan terus berjuang mempertahankan hidup, terlepas dari cara positif atau negatif,
Yang dikhawatirkan Pemerintah seperti di ungkapkan Kepala Badan Intelejen Nasional Bpk Marciano Norman Melontarkan ancaman untuk ikut menyelidiki apakah terdapat keterlibatan kartel dalam kenaikan harga-harga Kebutuhan pokok. Menurutnya perlu dilakukan sebagai bagian dari tugas BIN untuk menjaga keamanan dan kedaulatan negara,
Contoh kecil, Dalam masyarakat akan melakukan apa saja demi memenuhi kebutuhannya seperti Pencurian, penipuan dan perampokan. Dan Indonesia menjadi tidak nyaman.
Kesusahan dan ketidaknyamanan sudah menjadi tanda kehancuran bagi sebuah Negara,
Kekesalan Masyarakan cilik adalah menyalahkan Pemerintah dan parahnya mereka tidak tahu yang mana pemerintahnya ?
siapa yang bertanggunjawab atas keadaan seperti ini ? kemana harus mengadu ?
Pemerintah yang mana yang mau peduli atau memberikan makan kita ?
Seperti sebuah PR yang tidak pernah dikerjakan atau sebuah pertanyaan yang tidak ada jawabannya, tapi pertanyaan ini akan muncul lagi pada soal ujian tahun depan.
Ada sebuah contoh real yang mungkin kalau kita mendengarnya hanya bisa mengelus dada :
Ada seorang pedagan makanan keliling dan dia tidak pernah mau berpartisipasi, tidak mau ikut mencoblos Pada setiap acara pemilihan umum baik itu tingkat kelurahan, daerah atau nasional. Sempat ada yang bertanya kenapa Bpk tidak mau berpartisipasi ? jawabnya dengan berat " saya tidak makan pemerintah tidak tahu ". dan banyak sekali orang orang seperti ini di kota - kota besar.
pemerintah pun tahu berapa banyak gol put (golongan putih - orang-orang yang tidak mau berpartisapasi) pada setiap acara pemilu.
Sebetulnya masyarakat cape dengan kasus kenaikan harga - harga ini, setiap tahun terulang, dan tidak ada penurunan harga lagi, dan biasanya tertutup atau teralihkan kepada kasus yang sesudahnya terjadi seperti pada tahun sekarang semua teralihkan kepada kasus Remisi di LP Tanjung Gusta dan kasus Front Pembala Islam di Kendal. akhirnya Lupa tapi Terasa.
Pasti masyarakat Indonesia bahagia dan bangga apabila pada saat sekarang di bulan Ramadhan menjelang Lebaran pemerintah dapat menurunkan harga - harga kebutuhan pokok. Amin.
Untuk menjalankan kehidupan setiap orang harus hidup dan harus memenuhi kebutuhan utamanya yaitu Makan. setelah mengisi perutnya kita melakukan usaha lagi untuk mencari bahan makanan untuk makan selanjutnya, dan terus begitu.
Tidak ada orang yang melakukan pekerjaan tanpa imbalan/gaji, tidak orang yang menjalankan usahanya tanpa keuntungan atau hanya untuk rugi.
Relawan pun harus makan.
Sedangkan bahan makanan saat sekarang susah di dapat, bukan berarti tidak ada barangnya tetapi untuk mendapatkannya harus menukarnya dengan dua atau tiga kali lipat kapasitas tenaga/pikiran.
Memang sudah rutin setiap bulan Ramadhan dan menjelang Lebaran semua harga naik terlebih harga sembako, masyarakat sudah tahu dan memkluminya, walaupun sebagian masyarakat tidak tahu penyebabnya, menjalaninya dengan bingung.
Untuk satu piring nasi lauknya sebelumnya bisa di dapat dengan Rp.10.000,- sampai Rp.15.000,- tapi sekarang harus mengeluarkan uang Rp.18.000,- sampai 28.000,-
Di beritakan Teraspos.com Harga-harga Melonjak, Pemerintah kemana ? ungkapan ini muncul dari orang yang mengerti prosedur dan sistem perdagangan, tetapi beda dengan ungkapan masyarakat bawah, mereka bilang Harga-harga Melonjak, kita Harus Bagaimana ? atau kita harus makan apa ?
menaikan tarif angkutan sendiri ? menaikan harga dagangan sendiri ? atau bagaimana ?
Masyarakat yang lemah segalanya pasrah dengan keadaan ini yakni makan dan hidup seadanya, akibatnya kekurangan gizi dan sakit.
Masyarakat lemah yang mau berusaha akan terus berjuang mempertahankan hidup, terlepas dari cara positif atau negatif,
Yang dikhawatirkan Pemerintah seperti di ungkapkan Kepala Badan Intelejen Nasional Bpk Marciano Norman Melontarkan ancaman untuk ikut menyelidiki apakah terdapat keterlibatan kartel dalam kenaikan harga-harga Kebutuhan pokok. Menurutnya perlu dilakukan sebagai bagian dari tugas BIN untuk menjaga keamanan dan kedaulatan negara,
Contoh kecil, Dalam masyarakat akan melakukan apa saja demi memenuhi kebutuhannya seperti Pencurian, penipuan dan perampokan. Dan Indonesia menjadi tidak nyaman.
Kesusahan dan ketidaknyamanan sudah menjadi tanda kehancuran bagi sebuah Negara,
Kekesalan Masyarakan cilik adalah menyalahkan Pemerintah dan parahnya mereka tidak tahu yang mana pemerintahnya ?
siapa yang bertanggunjawab atas keadaan seperti ini ? kemana harus mengadu ?
Pemerintah yang mana yang mau peduli atau memberikan makan kita ?
Seperti sebuah PR yang tidak pernah dikerjakan atau sebuah pertanyaan yang tidak ada jawabannya, tapi pertanyaan ini akan muncul lagi pada soal ujian tahun depan.
Ada sebuah contoh real yang mungkin kalau kita mendengarnya hanya bisa mengelus dada :
Ada seorang pedagan makanan keliling dan dia tidak pernah mau berpartisipasi, tidak mau ikut mencoblos Pada setiap acara pemilihan umum baik itu tingkat kelurahan, daerah atau nasional. Sempat ada yang bertanya kenapa Bpk tidak mau berpartisipasi ? jawabnya dengan berat " saya tidak makan pemerintah tidak tahu ". dan banyak sekali orang orang seperti ini di kota - kota besar.
pemerintah pun tahu berapa banyak gol put (golongan putih - orang-orang yang tidak mau berpartisapasi) pada setiap acara pemilu.
Sebetulnya masyarakat cape dengan kasus kenaikan harga - harga ini, setiap tahun terulang, dan tidak ada penurunan harga lagi, dan biasanya tertutup atau teralihkan kepada kasus yang sesudahnya terjadi seperti pada tahun sekarang semua teralihkan kepada kasus Remisi di LP Tanjung Gusta dan kasus Front Pembala Islam di Kendal. akhirnya Lupa tapi Terasa.
Pasti masyarakat Indonesia bahagia dan bangga apabila pada saat sekarang di bulan Ramadhan menjelang Lebaran pemerintah dapat menurunkan harga - harga kebutuhan pokok. Amin.